Bulan Rabiul awal telah tiba.
Bulan kelahiran Baginda yang mulia telah tiba.
Gembira luar biasa hatiku wahai Baginda.
Baginda...
Rabiul awal adalah bulan yang agung.
Tiada perintah puasa di Rabiul awal.
Tiada perintah berkurban di Rabiul awal.
Tiada perintah sedekah di Rabiul awal.
Namun kaum muslimin banyak yang berpuasa, bersedekah dan menyembelih ternak di Rabiul awal
karena merayakan kelahiran Baginda.
Hajatan terbesar adalah maulid Baginda.
Pesta paling meriah adalah peringatan maulid Baginda.
Nada terindah adalah nada sholawat untuk Baginda.
Musik paling indah adalah musik yang mengiringi doa puja buat Baginda.
Tangis terhebat adalah tangis rindu, haru dan malu pada Baginda..
Bagiku Rabiul awal terhadap bulan lainnya ibarat safir, zamrut dan berlian yang indah dan mahal di antara berbagai jenis bebatuan lainnya.
Bagiku Rabiul awal terhadap bulan lainnya ibarat Keris Kyai Nogososro Sabuk Inten piandel era Mataram Islam atau Kyai Sengkelat buatan Empu Supa dan Sunan Kalijaga di era akhir Majapahit, atau bagaikan Tombak Kyai Plered di era Kerajaan Pajang Islam dibandingkan segala pusaka berupa keris dan tombak lainnya.
Bagiku Rabiul awal terhadap bulan lainnya adalah batik tulis dengan bahan natural yang Mahal di antara busana lainnya.
Rabiul awal agung karena Baginda. Sungguh ia agung semata-mata karena Allah memilih bulan itu sebagai bulan kelahiran Baginda. Sama halnya dengan Hari Senin yang unggul dibandingkan hari-hari lainnya karena Tuhan memilih Senin sebagai hari kelahiran Baginda.
Ya Allah curahkanlah sholawat salam dan berkah paling sempurna abadi untuk Baginda, keluarga dan sahabat Baginda semua.
Di bulan ini Kami kaum muslimin bergembira dan bersyukur atas kelahiran manusia paling agung, pemimpin dan penutup para Nabi dan Rasul.
Nabi pembawa cahaya paling terang, cahaya di atas cahaya.
Rabiul awal adalah bulan para pecinta Baginda.
Bagai kemarau setahun dihapus hujan sehari,
harapanku yang nyaris pupus bersemai kembali bersama Rabiul awal tahun ini.
Terimakasih Allah karena telah menjumpakanku dengan Rabiul awal pada tahun ini.
Banyak sekali harapanku.
Namun, sedikit sekali usahaku.
Itu semua sebab kelemahan dan kemalasanku.
Sebagiannya lagi aku merasa telah cukup berjuang,
namun Tuhanku belum berkenan padaku.
Baginda....
Saat kisah Maulid Baginda dibaca, kuselipkan puja dan doaku pilihan.
Kupinta ampunan atas dosaku yang terserak bagai pasir di pantai.
Jumlahnya tak terhitung.
Saat kisah Maulid Baginda dibaca, tumpah ruah segala doa tak bisa kucegah.
Saat kisah Maulid Baginda dibaca kupanjatkan doa terbaik bagi orang-orang yang kusayangi
yaitu orang tuaku, para guru, keluarga, kerabat, sahabat, negaraku dan kaum mukmin wal mukminat, kaum muslimin wal muslimat di manapun mereka berada.
Baginda...
Seperti yang sudah-sudah Allah Azza wajalla Sang Maha cinta itu akan lebih mau mendengarku dan mengabulkan doa harapanku karena Baginda, saat banyak kusebut Nama Baginda.
Terimakasih Allah karena telah 'mencintakanku' pada Baginda.
Dan, terimakasih Baginda karena telah membuatku 'mengenal' Allah dan agamaNya.
Penulis : Andry Dewanto Ahmad
Editor : Gufron