Suasana atas panggung acara bedah buku Goro-Goro Menjerat Gus Dur di Pondok Pesantren Al- Utsmani Jambesari, Bondowoso |
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, merupakan salah satu guru bangsa, yang sikap dan pemikirannya tetap relevan hingga saat ini. Gus Dur adalah pelopor demokrasi, seorang intelektual yang cerdas, filsuf, agamawan, juga budayawan yang konsisten dengan pemikirannya, bahwa pluralisme adalah implementasi dari Bhinneka Tunggal Ika.
Demikian sambutan tertulis Bupati Bondowoso, KH Salwa Arifin, yang dibacakan Asisten III Wawan Setiawan, dalam pembukaan Bedah Buku Goro-Goro Menjerat Gus Dur, Kamis (22/10), di Pondok Pesantren Al Utsmani, Jambesasari Bondowoso.
Bupati Salwa berharap, acara bedah buku ini dapat menambah pengetahuan masyarakat, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia di tengah-tengah keragaman yang ada, agar semua dapat bersatu dan membangun diri untuk masa depan yang lebih baik.
"Mari tunjukkan jati diri, redam ego kita. Jauhkan iri, dengki dan fitnah. Mari bergandengan tangan dan bersatu. Melalui bedah buku ini, jadikan sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan kita," ucap Wawan, membacakan sambutan Bupati Salwa.
Ajakan Bupati Salwa, nampaknya tak hanya sekadar untuk meneladani spirit nilai Gus Dur. Karena dalam pelaksanaan Bedah Buku yang bersamaan dengan perayaan Hari Santri 22 Oktober ini, Bupati Salwa sebagaimana disampaikan Wawan, juga berharap agar santri di Bondowoso dapat berkontribusi untuk mewujudkan Bondowoso Melesat.
Bedah buku yang dihadiri oleh ratusan santri Al Utsmani, Alumni PMII, juga Kader NU dari berbagai pelosok di Bondowoso, terlihat antusias mengikuti bedah buku yang bertempat di bawah tenda depan pondok pesantren.
Bahkan, saat mendengarkan paparan Putri Ketiga Gus Dur, Anita Hayatunnufus hingga pemateri terakhir yang disampaikan melalui aplikasi zoom meeting, peserta masih bertahan meski hujan turun cukup deras.
Anita Hayatunnufus, Putri ketiga Gus Dur ketika memberikan materi melalui zoom meeting |
Anita mengatakan, sangat bersyukur dengan terbitnya buku Goro-Goro Menjerat Gus Dur. Gus Dur dulu dijatuhkan secara tidak adil, melalui proses fitnah seakan terlibat dalam persekongkolan koruptif. Tapi meski itu tidak benar, Anita mengaku saat itu belum bisa membuktikan kebenaran Gus Dur. Para pecinta Gus Dur, hanya bisa menguraikan bagaimana rekam jejak Gus Dur selama ini, baik sebelum menjadi presiden, serta bagaimana memperjuangkan kebebasan berekspresi dan selalu berdiri tegak untuk meletakkan demokratisasi.
Anita mengatakan, adanya Buku Virdika, Menjerat Gus Dur, semakin membuktikan bahwa Gus Dur tidak pernah terlibat kasus sebagaimana dituduhkan. Demikian pula dengan buku Goro-Goro ini, makin membuktikan tuduhan yang ada selama ini tidaklah benar.
"Buku ini menjadi cara untuk meng-counter semua tuduhan itu. Buku ini menjadi jawaban buat kita semua. Ini untuk meluruskan sejarah. Saya yakin, buku ini membuat kita bangga. Gus Dur bediri tegak sesuai visinya. Berdiri tegak memperjuangkan setiap warga negara, yg berada dalam kerentanan dan terdholimi", ungkap Anita.
Hadir pula secara online sejumlah penulis dan editor buku Goro-Goro Menjerat Gus Dur. Ada Prof M Mas'ud Said selaku editor, Dr Fawaizul Umam, Dr Ahmad Zainul Hamdi, serta Dr Moh Syaeful Bahar yang hadir secara langsung ke lokasi bedah buku.
Bedah buku Goro-Goro Menjerat Gus Dur yang dimoderatori Alumni Al Utsmani, Lutfi Khoiron ini, merupakan kerjasama STAI Al Utsmani dengan Gusdurian dan PC LTN NU Bondowoso.
Pada bedah buku tersebut dihadiri secara langsung oleh Ketua STAI Al Utsmani Ubaidillah Afif, Asisten III Wawan Setiawan, serta dari Polres dan Dandim Bondowoso.(*)