Misdur, Penjahit Tua di Pasar Pujer (foto: Hamdun/Kontributor Wartanu). |
Karena memang sudah kesiangan, akhirnya aku dengan leluasa melalui pintu masuk utama pasar, aku pun dapat membonceng istriku sampai masuk ke dalam Pasar Pujer.
Aku perhatikan satu persatu toko dan orang-orang yang berjualan di pasar. Yang menarik perhatianku, seorang penjahit tua yang berada di depan sebuah toko. Di dekat penjahit tua itulah ku parkir motorku dan duduk bersebelahan di samping kakek yang sedang asik menjahit baju.
Usianya sudah lanjut, terlihat dari keriput kulit yang menghias di sekujur tubuhnya. Hal itu sebagaimana juga diakui olehnya, bahwa saat ini usianya sudah 83 tahun. Bahkan kata beliau, saat deldul—setahu saya istilah ini adalah istilah yang digunakan untuk mengingat peperangan 27 Oktober sampai 20 November 1945 di Surabaya,beliau masih ingat waktu itu digendong dan dibawa lari oleh orang tuanya.
Walau sudah usia lanjut, semangat kerjanya terlihat masih cukup kuat. Hal ini bisa dilihat dari sekian puluh jahitan baju-baju kebaya perempuan model jaman dulu yang dipajang di depannya, dekat tempat prakteknya. Di depan sebuah toko yang ada di dalam pasar Pujer.
Di sela-sela menunggu istri berbelanja, ku sempatkan ngobrol dengan beliau. Katanya, walau model baju yang ia jahit adalah model jaman dulu, namun masih ada saja yang mau membeli. Sehari kadang 1 helai, kadang sampai 4 helai walau tak jarang harus pulang dengan tangan kosong karena baju-bajunya tidak ada yang laku sama sekali.
Misdur saat menjahit baju kebaya model jadul di pasar Pujer (foto: Hamdun/Kontributor Wartanu). |
Keberkahan yang sangat ia rasakan dan bertambah semangat untuk menyediakan baju jahitan kebaya model jadul dalam jumlah banyak, yaitu saat-saat bulan Ramadhan. Di bulan itulah, ratusan baju diborong, bahkan seperti apa yang dia sampaikan, pernah suatu ketika 600 ratus baju ludes dalam beberapa hari.
Aku berpikir, bahwa di masa pandemi seperti ini tidak sedikit orang yang mengeluh. Baik karena kehilangan pekerjaan, penghasilan yang berkurang bahkan anak muda yang merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan. Sementera kakek ini, selalu tenang melakukan pekerjaannya yang bisa jadi tidak semua orang mau melakukannya, bahkan enggan untuk melakukan.
Akupun tidak berpikir, bahwa baju-baju seperti itu akan laku di pasaran. Tapi faktanya, kakek tersebut telah membuka ruang kesadaranku. Bahwa manusia hanya cukup berusaha dan Allah SWT yang akan memberikan jalannya.
Dari kisah kakek Misdur ini, semoga dapat dijadikan bahan renungan, bahwa dengan tetap semangat bekerja dan tawakal kepada Allah SWT, jalan rezeki selalu ada walau terkadang yang dilakukan adalah sesuatu yang seolah-olah diluar jangkauan akal kita.
Tlogosari, 30 Oktober 2020
Penulis : Hamdun
Editor : Muhlas