Suasana
pandemi Covid-19 beberapa bulan terakhir ini kita akui sebagai hari yang tidak
mudah bagi Fatayat. Banyak sekali agenda Fatayat yang harus kita selesaikan,
mulai pembentukan Pengurus Ranting, pendataan pengurus Forum Daiyah Fatayat
(FORDAF), pendataan pengurus dan anggota, pendataan Perempuan Kepala Keluarga
(PEKKA), pendataan UMKM Fatayat, Pendataan PAUD dibawah binaan Fatayat, Penguatan
Pengurus Lembaga Konsultasi Perlindungan Perempuan dan Anak (LKP3A), konsolidasi
ke pengurus ranting-ranting Fatayat, hingga upaya penguatan ekonomi Fatayat,
dan lain sebagainya.
Itu
yang luring atau offline. Ada pula yang daring atau online. Seperti penyusunan
jadwal pengajian online, webinar-webinar, serta pelatihan online pendamping
korban kekerasan perempuan dan anak. Mudah-mudahan kesibukan kita “mengurusi”
Fatayat akan memberikan nilai positif bagi perjuangan kita dalam upaya
pemberdayaan dan penguatan Fatayat sebagai jam’iyyah sekaligus penguatan kita
kepada kaum perempuan sebagai jamaah.
Penguatan
Fatayat sebagai Jam’iyyah kita lakukan sebagai upaya agar organisasi kita kuat,
secara kelembagaan kita juga tertata, mulai dari PC, PAC, PR bahkan tidak
menutup kemungkinan kita membentuk Pimpinan Anak Ranting (PAR) Fatayat NU,
karena memang secara organisasi kita dibenarkan membentuk PARFNU dan sudah
tertuang bagaimana sistem pembentukannya dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah
Tangga Fatayat NU (PDPRT).
Ketika
secara Jam’iyyah kita kuat, lembaga kuat, sistem organisasi berjalan,
masing-masing bekerja sesuai dengan tugas dan kewenangannya, struktur berjalan
sesuai dengan alurnya, maka apapun yang menjadi program kita insya Allah akan
terlaksana dengan baik. Tinggal bagaimana upaya kita untuk terus meningkatkan
kualitas dan kapasitas SDM yang kita miliki.
Hal
yang tidak kalah penting adalah penguatan jamaah sebagai basis perjuangan kita
di Nahdlatul Ulama. Secara kuantitas memang jumlah kita membanggakan, karena
kita memiliki basis massa dengan jumlah besar dibandingkan dengan ormas-ormas
yang lain. Kebanggan itu akan menjadi lebih berarti apabila kita juga mampu
memberikan penguatan kepada mereka tidak hanya dalam hal kuantitas, tetapi juga
kualitas, kapasitas dan kapabilitas.
Sahabat
Fatayat, fenomena high-tech telah
merambah anak-anak kita yang notabene adalah generasi NU, mereka bebas
berselancar di dunia maya. Apapun yang terjadi di seluruh belahan dunia dapat
dilihat, didengar, dan dipelototi oleh anak-anak kita melalui handphone,
tablet, komputer dan alat-alat teknologi lain. Seberapa lama sih waktu kita
mendampingi mereka, bahkan ketika kita di sebelahnyapun, mereka juga asyik
dengan konten-konten yang dia nikmati.
Tentu,
kondisi ini menjadi sangat rawan apabila tidak kita antisipasi sejak dini.
Tidak hanya anak-anak kita yang tidak mengerti apa itu ahlussunnah wal jamaah,
bahkan jamaah kitapun kadang tidak tahu ketika ditanya apa itu ahlussunnah
waljamaah (ASWAJA). Mereka tidak paham siapa khulafaurrosyidin, bagaimana
ajaran yang benar-benar sesuai dengan Al Qur’an dan hadits, mana yang sesuai
dengan ahlussunnah mana yang tidak sesuai, mereka juga kurang paham apa itu
Islam radikal, Islam moderat, Islam liberal,
ekstrim kanan, ekstrim kiri dan
lain sebagainya.
Ketika
kita bertemu dengan mereka, tanyakanlah hal-hal tersebut di atas. Mungkin, kita
akan mengelus dada mendengar jawaban dan melihat ekspresi mereka. Bayangkanlah ketika
anak-anak mereka “merasa” lebih pintar dari ibunya tentang ajaran Islam yang
tidak jelas sumber dan sanad ilmunya, karena mereka mendapatkannya dari dunia
maya mereka.
Kita
tentu tidak ingin peristiwa “kecolongan”
(bahasa jawa) terjadi pada jamaah kita. Atau bahkan kalau kita terlena dan
tidak “ngopeni” mereka, anak-anak dan
keturunan warga NU akan menyeberang dan mengikuti aliran-aliran yang tidak
sesuai dengan ahlussunnah wal jamaah.
Sahabat,
kehadiran Forum Daiyah Fatayat (FORDAF) sebagai upaya untuk mengantisipasi
hal-hal tersebut. FORDAF dibentuk di PC, PAC bahkan mudah-mudahan dapat segera membentuk
di Ranting, supaya kita semua dapat segera menyiapkan SDM-SDM pendakwah Islam ahlussunnah
wal jamaah. Tidak usah kita membayangkan terlalu jauh bahwa anggota FORDAF
adalah para muballighoh yang sudah lihai dalam orasi atau pidatonya. Siapapun
mari bergabung dengan FORDAF dengan harapan akan semakin banyak kader Fatayat
yang mampu menyuarakan dakwah Islam ala ahlussunnah wal jamaah.
Langkah-langkah
yang harus kita lakukan dalam mengoptimalkan kinerja FORDAF ini adalah sebagai
berikut :
1.
Menyusun
formasi kepengurusan terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan anggota,
jumlah menyesuaikan dengan kondisi setempat, minimal 10 orang anggota FORDAF.
2.
Menginventarisir
jumlah majelis taklim/kelompok pengajian di ranting-ranting dan jadwal
pengajian yang dilaksanakan oleh mereka.
3.
Menyusun
jadwal pengisian dakwah di kelompok pengajian ranting tersebut. Pengisi materi
dari anggota FORDAF PAC secara bergiliran dan berkeliling ke seluruh ranting.
4.
Menyiapkan
materi dakwah terutama fokus kepada Aswaja atau materi lain yang menjadi
kebutuhan masyarakat. Materi bisa kita dapatkan melelaui referensi buku dan
browsing di internet, tentu yang sesuai dengan ajaran kita.
5.
Pahamkan
kepada Pimpinan Ranting bahwa kita semua para anggota FORDAF adalah masih dalam
proses belajar, yang penting semangat kita untuk belajar berdakwah.
6.
Lakukan
terus penjadwalan (rescheduling) dan
lakukanlah monitoring serta serap aspirasi dari anggota ranting apa yang
menjadi kebutuhan mereka terhadap Fatayat.
7.
Setiap
bulan dilakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan kendala/masalah yang
dihadapi untuk saling share dengan anggota FORDAF lain tentang bagimana solusi
terbaiknya.
8.
Jangan lupa untuk menuliskan seluruh kegiatan
FORDAF dalam laporan kepada PC. Sekecil apapun peran kita mari kita dokumentasikan agar kelak anak-anak dan cucu kita dapat membaca apa yang telah
dilakukan Ibu dan atau neneknya.
Sahabat, ketika langkah itu terus secara konsisten kita
lakukan, bukan tidak mungkin 4 tahun lagi akan ada minimal 10 daiyah di PAC dan
230 daiyah di PC Fatayat NU Bondowoso.
Bukan maksud kita akan menjadi seorang daiyah komersial yang dipanggil sana-sini dengan embel-embel transaksi, tapi tujuan prioritas kita adalah
semakin memperbanyak kader berkualitas yang memiliki kemampuan orasi, public speaking dan menyuarakan dakwah
Islam ala ahlussunnah wal jamaah.
Mari kita sambut program ini dengan semangat, sesering
mungkin kita bicarakan program ini di tingkat PC, PAC dan PR agar semakin banyak
kader yang tahu, semakin banyak yang melaksanakan dan kita akan memiliki
khazanah pengetahuan keislaman dan ke-NU-an yang semakin dalam.
Selamat melakukan kerja, kerja, kerja dan terus bekerja
untuk perjuangan Islam ala ahlussunnah wal jamaah. Sekecil apapun langkah kita
pasti akan memberikan energi positif terhadap orang-orang yang ada di
sekeliling kita. Sahabat yang ada di Ranting jangan berkecil hati karena
perannya hanya dalam skala desa, justru ditangan pimpinan rantinglah ujung
tombak keberhasilan dari seluruh program. Slogan kita adalah keberhasilan
pimpinan ranting, semakin banyak Pimpinan ranting yang maju, maka majulah
Fatayat kita semua. Bismillah.... Barakallah
fiekum. (*)
Penulis : Anisatul Hamidah, S.Ag.,
SH., M.Si., M.Kn
Editor : Andiono