Para Guru membagikan sembako kepada sejumlah sopir angkot di depan SMPN 2 Maesan, Bondowoso |
Apa yang terjadi dengan Bapak itu? Biasanya wajahnya cerah sekali. Kadang ia bersenda gurau dengan satpam sekolah kami, sambil menunggu siswa-siswi kami pulang sekolah.
Ya, bapak itu adalah sopir angkot yang sering mangkal di depan sekolah kami. Tapi selama pandemi Covid-19, saat siswa-siswi kami harus belajar di rumah. Maka tak ada lagi siswa-siswi kami yang naik angkot untuk ke sekolah.
Terjawablah sudah, kenapa wajah bapak itu lesu, karena penghasilannya menurun drastis sejak Covid-19 menyerang seluruh penjuru negeri, termasuk di Bondowoso.
Masyarakat kelas bawah memang paling riskan terdampak wabah Covid-19. Sebagian dari mereka hidup tanpa pekerjaan. Sebagian yang lain terseok-seok menjalankan usaha, kalau tidak segera ada solusinya mereka bisa terjerembab pada jurang kemiskinan.
Begitu pula yang terjadi dengan Bapak sopir angkot itu. Bukannya ia tidak takut pada Corona, tapi tuntutan ekonomilah yang membuat ia harus keluar rumah, bertemu dengan banyak orang yang bisa jadi di antara orang itu ada yang terpapar Covid-19.
Asap dapurnya harus mengepul, kebutuhan sehari-hari harus terpenuhi. Itulah yang membuat bapak itu harus keluar rumah mencari nafkah. Walaupun belum tentu ia mendapat untung, tapi apalah daya ia harus tetap bekerja.
Setelah selesai melaksanakan sholat, kulanjutkan dengan berdzikir dan berdoa, aku tetap berada di tempat sholatku. Aku merenung, tentang kondisi masyarakat yang sangat terdampak dengan pandemi Covid-19 ini.
Timbullah rasa syukur di hatiku. Aku bekerja sebagai ASN, aku menerima gaji setiap bulan. Aku tidak termasuk mereka yang terdampak pandemi covid 19. Syukur Alhamdulillah kuucapkan berulang kali. Terima kasih Ya Allah atas karunia yang Engkau berikan kepadaku dan keluargaku, sehingga di masa pandemi Covid-19 ini aku tetap bisa bertahan, ekonomi keluargaku tak tergoyahkan. Sangat cukup untuk memenuhi kebutuhanku dan keluargaku sehari-hari. Betapa aku sangat bersyukur kepadaMu Ya Allah. Aku melakukan sujud syukur sebagai salah satu caraku bersyukur kepada Allah atas karunianya.
Tapi, apakah hanya dengan cara ini aku sudah dinyatakan bersyukur kepada Allah? Aku tersentak, kaget. Tak terasa, air mataku menetes. Apa yang telah aku lakukan selama ini untuk membantu mereka? Belum! Belum ada yang aku lakukan. Aku belum melakukan apa-apa.
Ya Allah, aku begitu menikmati rezeki yang Engkau berikan kepadaku, tapi di luar sana banyak orang yang kekurangan, yang tak tahu harus bagaimana lagi cara mereka untuk mempertahankan hidup di saat pandemi ini. Sebelum pandemi saja sudah sulit apalagi dimasa pandemi.
Ya Allah. Aku teringat lagi pada wajah bapak sopir angkot yang kuyu itu. Bagaimana caraku untuk membantunya?
Di saat aku berpikir mencari cara untuk membantu mereka, aku menghubungi guru yang bertugas di bagian dana sosial. Setelah kami melakukan koordinasi, akhirnya kami memutuskan untuk membantu para sopir angkot dan kernetnya yang biasa mengangkut siswa-siswi kami.
Ternyata ada 3 sopir angkot dan 3 kernet yang biasa mangkal di depan sekolah kami. Uangpun kami kumpulkan yang bersumber dari para Guru/ TU/ Karyawan dan siswa-siswi sekolah kami.
Dengan uang tersebut, kami membeli bingkisan berupa sembako untuk kami berikan kepada mereka. Bantuan kami memang tidak seberapa, tapi tidak berbuat apapun untuk mereka rasanya na'if sekali, padahal kita sudah diberi kemudahan untuk mendapatkan rezeki dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 114, yang artinya :
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."
Ayat tersebut merupakan salah satu dari ayat Al- Qur'an yang mengandung anjuran bagi umat Islam untuk bersedekah. Semoga apa yang kami lakukan mendapatkan Ridho dari Allah SWT, dan semoga pandemi ini segera berakhir. Amin Ya Robbal Alamin. (*)
Penulis : Retna Nareswari Azzahra
Editor : Gufron