Membawa bertangkai doa luhur
Dan ingatan masa silam
Yang membawa tenggelam
"Jasad-jasad yang tertimbun di bawah nisan
Pernah membawamu dalam timangan
Dengan kasih sayang tanpa imbalan"
Burung-burung menari di ranting-ranting kayu
Seperti menyanyikan lagu melayu
Sebelum terbangkan melaju
Bersama tawakkal yang tak kenal layu
Kulihat seorang ibu menyapu halaman
Membuat musik pagi
sebelum matahari sempurna berdandan
Menurun cahaya dengan kesetiaan berbagi
Sungai masih melata mencari muara
Sebelum menyatu pada laut atau samudra
Di sanalah tempatku menitipkan kisah
Bermain perahu dari ijuk kelapa
Sepulang dari mencari rumput
Kakek melihatku sambil tersenyum lembut
Sampai di pusara
Ada cerita sedang membara
Kakek hanyalah manusia biasa bahkan hina
Rumahnya gubuk sering jadi sarang nyamuk
Namun dihadapan penciptanya, ia terlihat nikmat dan khusuk
Ia terkenal sebagai seorang buruh
Keringat-keringat mudah jatuh
Sekitar pukul sembilan ia bergegas pulang
Ia melangkah pulang
Menunaikan dhuha menyambut anugerah kasih sayang
Kemudian kembali bertualang
Menelusuri pematang
Mencarikan rerumputan bagi ternak-ternaknya di kandang
Ketika senja, ia datang ke masjid terdekat
Berkhidmat dengan kesucian niat
Ada keyakinan terasa nikmat
Bahwa ia sedang mengumpulkan bekal akhirat
Karena usia pasti sampai pada akhir hayat
Setelah matahari raib malam mulai terbit
Suara azannnya terdengar sampai langit
Telinga jasmani barangkali mendengar suara membosankan
Telinga ruhani mendengar nasihat keikhlasan
Pada siapapun, ia mengaku tak pandai mengaji
Namun kehidupannya senantiasa mengkaji
Sekolahnya adalah pengalaman
Pahit manis sudah pernah dirasakan
Ia juga tidak pernah mengerti teknologi
Seperangkat teori dan metodologi
Ia hanya punya bekal guru pedoman
Pengantar keselamatan dan kebahagiaan
Yang dikhawatirkan adalah masa depan sesungguhnya
yang difikirkan adalah masa depan anak cucunya
Jumat, 1 Mei 2020
Penulis : Muhammad Nur Taufiq
Editor : Gufron
Tags:
SENI BUDAYA