Muhammad Nur Taufiq, Alumni PKP NU IV LTN NU Bondowoso. (Foto : Tim Kreatif) |
Rumahmu masih basah
Riwayat hujan menyiram kerinduan
Bunga kamboja mulai merekah
Masih kurasakan manis kenangan
Kutabur bunga bersama doa
Menundukkan wajah kekhusyukan
Riwayat hujan menyiram kerinduan
Bunga kamboja mulai merekah
Masih kurasakan manis kenangan
Kutabur bunga bersama doa
Menundukkan wajah kekhusyukan
Engkau seringkali datang
Menitip sejumlah pesan dan harapan
Sepasang mata seringkali berlinang
Ketika usia terbenam meminta diikhlaskan
Di perkampungan keabadian
Para tuan rumah menunggu kiriman
Mengantarkan segenap ingatan
Merenungi keranda, kafan, dan nisan
Kubawa namamu dalam khususan
Kutuangkan kesejukan
Kuterbitkan pencerahan
Meski seringkali kulupakan
Mengabaikanmu dalam harapan-harapan
Meski seringkali kubiarkan
Wajahmu kesepian keadaanmu diacuhkan
Kesibukan yang menyita perhatian
Semakin menjauhkan jarak kemesraan
Mengumpulkan bekal-bekal perjalanan panjang
Dikalahkan bujukan-bujukan menjerumuskan pada jurang
Didekat rumahmu yang basah
Kutemukan kesadaran berziarah
Entah siapa yang datang?
Menalkinku yang terbujur kaku dalam lubang
Langkah-langkah bergegas meninggalkan
Aku didatangi pertanyaan-pertanyaan
22 Mei 2020
Penulis : Muhammad Nur Taufiq, Alumni PKP NU IV LTN NU Bondowoso
Editor : Gufron
Tags:
SENI BUDAYA