Maulana Haris, Mahasiswa STAI At - Taqwa Bondowoso (Foto : Tim Kreatif) |
Mendengar informasi demikian, Sang ‘Abid marah. Kemudian dia mengambil kapaknya dan pergi menuju pohon yang dimaksud untuk menebangnya. Tetapi Iblis yang menampakkan dirinya sebagai seorang Syekh menghadang langkah si 'Abid itu.
"Ke mana kamu akan pergi”. tanya Iblis.
"Aku akan menebang pohon yang disembah itu." kata si 'Abid.
"Apa kepentinganmu dengan pohon itu? Kamu telah meninggalkan ibadah dan kesibukanmu dengan dirimu sendiri, lalu kamu meluangkan waktu untuk selain itu,” selidik Iblis.
"Ini adalah bagian dari ibadahku juga”. jawab si ‘Abid.
"Kalau begitu aku tidak akan membiarkanmu untuk menebangnya," kata Iblis, Lalu Iblis menyerang sang Ahli ibadah.
Tanpa kesulitan sang ‘Abid berhasil mengalahkan Iblis, membantingkannya ketanah dan akhirnya dapat menduduki dadanya.
"Lepaskanlah aku, agar aku dapat berbicara kepadamu," pinta Iblis.
Baca juga :
- Joe Biden dalam Khayalan Cak Mamat dan Petuah Kiai Agro
- Komedi Dunia yang Terbalik
- Ikuti Instagram Warta NU
- Jangan Lupa Add Facebook Warta NU
Sang ‘Abid pun berdiri. Lalu Iblis berkata,
"Wahai sang ‘Abid, sesungguhnya Allah telah melepaskan urusan ini darimu dan tidak mewajibkannya atasmu. Kamu tidak akan menanggung dosa orang lain. Allah pun mempunyai para nabi disegala penjuru bumi. Seandainya Allah menghendaki, niscaya dia akan mengutus mereka kepada para penyembah pohon ini dan memerintahkan mereka untuk menebangnya."
"Aku tetap harus menebangnya," tutur Ahli ibadah bersikukuh.
Iblis pun kembali menyerang si ‘Abid. Namun kembali dengan mudah si ‘Abid dapat mengatasi perlawanan Iblis, dibantingnya ke tanah lalu diduduki dadanya. Akhirnya Iblis tidak berdaya dan berkata kepada sang ‘Abid.
"Apakah kamu mau menerima penyelesaian antara aku dan kamu yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagimu?"
"Apa itu?" Tanya si 'Abid penasaran.
"Lepaskanlah aku supaya aku dapat mengatakannya,” pinta Iblis
Sang ‘Abid pun melepaskannya. Lalu iblis berkata : "Kamu adalah seorang laki-laki miskin. Kamu tidak memiliki apa-apa. Kamu hanyalah beban yang memberatkan manusia. Barangkali kamu akan berbuat baik kepada kawan-kawanmu, membantu tetangga-tetanggamu, dan tidak lagi membutuhkan orang lain."
"Benar," Kata si ‘Abid membenarkan yang disampaikan Iblis.
"Pulang dan tinggalkanlah urusan ini. Setiap malam aku akan meletakkan dua dinar dibawah kepalamu. Saat pagi hari kamu bisa mengambilnya lalu membelanjakannya untuk dirimu dan keluargamu, serta menyedekahkan untuk teman-temanmu. Hal itu akan lebih bermanfaat bagimu dan bagi kaum muslimin ketimbang menebang pohon yang disembah ini. Apabila kamu menebangnya, hal itu tidak akan membahayakan mereka dan tidak pula memberi manfaat atas teman-teman muslim kamu," kata Iblis menjelaskan.
Sang ‘Abid merenungkan apa yang diucapkan Iblis, lalu berkata,
"Syekh ini benar. Aku memang bukanlah seorang Nabi sehingga aku tidak wajib menebang pohon ini. Lagi pula Allah pun tidak memerintahkan aku untuk menebangnya sehingga aku tidak akan berdosa apabila membiarkannya. Dan apa yang disampaikannya memang lebih banyak manfaatnya."
Setelah itu, Iblis bersumpah dan berjanji kepada sang ‘Abid akan memenuhi komitmennya itu. Sang ‘Abid pun pulang ke tempat ibadahnya. Pada pagi harinya dia melihat dua dinar di bawah kepalanya, dia pun mengambilnya.
Begitu pula pada keesokan harinya, Tetapi pada pagi hari ketiga dan pagi hari setelahnya dia tidak mendapati sesuatu apa pun.
Merasa kecewa atas kejadian itu, sang Ahli ibadah menjadi marah dan mengambil kapaknya. Iblis kembali menghadang dengan wujud seorang Syekh.
"Mau ke mana kamu?" tanya Iblis
"Aku akan menumbangkan pohon itu,” jawab si 'Abid
"Demi Allah kamu tidak akan mampu melakukannya, dan kamu tidak akan mendapatkan jalan menuju pohon itu,” kata Iblis
Sang ‘Abid menyergap Iblis sebagaimana ia melakukannya pada kejadian pertama.
"Tidak mungkin." kata iblis mengelak
Lalu Iblis membekuk sang ‘Abid dan membantingnya. Dalam sekejap dia menjadi seperti burung kecil di antara dua kaki Iblis. Iblis duduk di atas dadanya dan berkata,
"Berhentilah dari urusan ini. Apabila tidak, aku akan membunuhmu.”
Kini sang ‘Abid tidak memiliki kekuatan untuk melawan Iblis.
"Wahai Syekh, kamu sekarang telah mengalahkanku. Lepaskanlah aku dan beritahukanlah kepadaku mengapa dulu aku bisa mengalahkanmu, tapi sekarang kamu yang mengalahkan," tanya Ahli ibadah.
"Karena pada kali pertama kamu marah, kamu melakukan itu karena demi Allah, dan niatmu adalah akhirat sehingga Allah menundukkanku untukmu. Tetapi kali ini kamu marah demi dirimu sendiri dan demi dinar-dinar yang aku hentikan untukmu." pungkas Iblis.
Si 'Abid pun kecewa terhadap dirinya sendiri, karena lebih mementingkan urusan duniawi. (*)
Kisah tersebut dirujuk dari kitab Ihya Ulumuddin, Jilid empat karangan Imam Al- Ghazali.
Penulis : Maulana Haris, Mahasiswa STAI At- Taqwa Bondowoso
Editor : Gufron