Sukandar, Sekretaris Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Bondowoso. (Foto : Tim Kreatif) |
Komunikasi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Sebab, komunikasi menurut para pakar tidak hanya bersifat verbal, tetapi juga non verbal. Saat berpapasan dengan seseorang, saling senyum diantara keduanya pun adalah sebuah bentuk komunikasi.
Sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu, sejatinya terlebih dahulu kita harus kembali ke fitrah (hati nurani). Konsep ini yg oleh Ginanjar disebut sebagai Zero Mind proses. Begitu juga di dalam berkomunikasi, komunikasi akan berjalan baik apabila masing-masing pihak bersikap lapang dada.
Kemandekan dan kerancuan dalam komunikasi terjadi manakala masing-masing pihak tidak melandaskan komunikasi itu pada keadaan Zero Mind. Komunikasi akan berjalan dengan baik manakala masing-masing pihak dalam keadaan bersih dari prasangka dan kepentingan yang negatif.
Rosulullah Saw selalu mewanti-wanti kita agar tidak terjebak dalam cengkeraman prasangka yang negatif. Sebab, komunikasi tidak akan pernah berjalan baik apabila dilandasi dengan prasangka. Prasangka harus dihilangkan jauh-jauh dari dalam hati dengan cara Tabayyun (mencari kebenaran), bukan dengan Tajassus (mencari kesalahan).
Membuka kembali ruang komunikasi adalah tindakan yang arif. Kearifan bisa muncul dari siapa saja. Serumit apa pun masalahnya pasti bisa dicarikan solusinya. Bukankah Allah Swt tidak membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya? Serumit apa pun masalahnya, komunikasi adalah kunci untuk memecahkan masalah.
Selama hidup bermasyarakat, dan bertemu dengan banyak orang, mulai dari karakter yang berbeda, pekerjaan yang beragam, serta lain sebagainya, setidaknya ada tiga model komunikasi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
Baca juga :
- Gus Aab Haramkan Adzan, Hayya Alas Sholah diganti 'Hayya Alal Jihad'
- Giat TNI-Polri di Pesantren, Harapkan Santri Terus Jaga NKRI
- Sogokan Iblis
- Ikuti Instagram Warta NU
- Jangan Lupa Add Facebook Warta NU
1. Komunikasi Formalis
2. Komunikasi Model Jurnalis
Komunikasi model ini memiliki kualitas yang lebih. Masing-masing sudah mulai membahas kejadian-kejadian yang aktual. Seperti soal hobi, keluarga sampai kepada persoalan yang tidak terlalu pelik.
3. Komunikasi Model Perasaan
Komunikasi model ini adalah komunikasi yang benar-benar terbuka dalam menyampaikan keinginan dan harapan. Pada tahap ini, biasanya setiap permasalahan dibicarakan dari hati ke hati atau sering disebut dengan musyawarah. Dan, musyawarah ini menjadi pilihan.
Komunikasi seperti ini ditandai dengan beberapa hal, yaitu saling mendengarkan, saling terbuka, saling memaafkan, saling memberi teladan, saling menerima, dan saling melengkapi.
Penulis : Sukandar, Sekretaris PC Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Bondowoso
Editor : Muhlas