Akrim Billah, ME, Penyuluh Agama Kec. Tamanan Bidgar Zakat (Foto : Tim Kreatif) |
Adagium tersebut mengekspresikan kegundahan hati disaat mulai gersang dari siraman rohani, apalagi pandemi Corona masih belum berhenti.
2019, adalah awal tahun "berdukanya Dunia", semenjak terdeteksinya Virus mematikan yang konon ditemukan di Wuhan China, Negara didunia menjadi waspada.
Makhluk kecil ini bernama Covid 19 ( Corona Virus Disease 2019 ) akrab ditelinga dengan sebutan Corona adalah penyakit baru yang diduga kuat ditularkan dari "hewan" ke manusia.
Menurut badan kesehatan Dunia yakni WHO ( Word Health Organitation ) Virus ini banyak menyerang pernapasan. Kendati Virus Corona banyak memakan tumbal, kita yakin bahwa akan ditemukan obatnya.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ وَدَوَاءُ الذُّنُوْبِ اَلْإِسْتِغْفَارُ
"Setiap penyakit ada obatnya, dan obat penghapus Dosa adalah Istighfar."
Jika ditelaah dari Hadis yang disampaikan diatas, bahwa sangatlah jelas setiap penyakit ada obatnya. Namun bagaimana jika ada penyakit yang menyerang hati, sehingga menyebabkan orang yang tertimpa penyakit tersebut rugi dunia dan akhirat.
Imam As-Suyuti dalam kitab Jami'us Shaghir hal 155 menyebutkan; hendaklah sedini mungkin menjauhi 6 perkara yang merontokkan amal perbuatan, salah satu diantara adalah sibuk mencari aib orang lain, ini adalah virus hati yang harus dihindari.
Maka beruntunglah jika seseorang berusaha menyucikan dirinya dengan beramal sholeh yang diaplikasikan dengan menunaikan Zakat. Zakat adalah salah satu wasilah menuju kebersihan hati sehingga menjadi sebab menggapai Ridho Ilahi.
Oleh Karena itu, untuk menjaga imunitas hati dari Virus, menunaikan Zakat adalah salah satu solusi yang tepat. Sebab Zakat secara etimologi adalah "At-Thahara" artinya suci.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زكَّاهَا
"Sungguh telah beruntung orang yang mensucikan jiwanya (surah Asy Syams ayat 9)."
Ibnu Katsir dan Imam At Thobari keduanya menginterpretasikan Surah Asy-Syams ayat 9 dengan taat kepada Allah dan beramal sholeh, sebagai salah satu manifestasi patuh dan beramal sholeh kepada Allah SWT. Maka dengan menunaikan Zakat menjadi salah satu wujud untuk meraih kebersihan jiwa.
Baca juga :
- Benarkah Tahlilan Diharamkan dalam Kitab I'anatut Thalibin?
- Hukum Boikot Produk Prancil Ala LBM PCNU Jember
- Rokok dan Iqra' Sang Ustadz
Kebersihan jiwa dapat diraih dengan menunaikan zakat bagi orang yang mampu, sebab kebersihan Hati dan pikiran yang jernih akan melahirkan perbuatan yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Pastinya, kejernihan hati dan pikiran, selalu dilandasi dengan semangat keikhlasan untuk mengabdikan dirinya semata-mata karena Allah. Itulah salah satu ciri orang yang beriman.
Orang beriman senantiasa mempunyai hati bersih, kebersihan hati itu menjadi sebab tertolaknya Virus yang akan menggerogoti keimanan seseorang. Allah Swt dalam firman-Nya memerintahkan untuk menunaikan Zakat, sebab perbuatan yang demikian itu akan mampu menjadi pembersih jiwa untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Bahagia dunia dan akhirat menjadi dambaan umat Nabi Muhammad, karena akan menjadi penentu selamatnya seseorang dihari qiamat.
Berzakat bukan untuk dipuji, dan bukan pula berbangga diri, apalagi diviralkan di media sosial demi pencalonan diri supaya dianggap bersih hati dan menjaga kehormatan pribadi.
Hati-hati, dikhawtirkan masuk dalam orang yang "Muflis", amal kebajikannya diberikan kepada orang lain kelak diakhirat. Sehingga yang tersisa hanyalah amal kejelekannya, maka rugilah Muflis/bangkrut dikarenakan mendzolimi, menfitnah, menyebarkan berita hoaks dan sifat keji lainnya sehingga Amruhu Furutho (perkaranya celaka/sia-sia).
Diriwayatkan dalam Shohihul muslim. Suatu saat Rosulullah Saw bertanya kepada para sahabat;
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ
"Tahukah kamu, siapa orang yang bangkrut itu?" Tanya Nabi. Para sahabat lalu menjawab:
ثَالُوْ:الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاع
"Orang yang bangkrut di antara kita adalah orang yang tak memiliki dirham (uang) dan tidak memiliki harta benda." Mendengar jawaban demikian, Rasulullah kemudian menjelaskan:
إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاة
Sesungguhnya orang yang merugi adalah dari umatku adalah orang yang datang besok pada hari kiamat, sedang ia membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakat.
وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا
Namun ia juga datang dengan amalan mencaci ini, menuduh ini, makan hartanya orang ini, mengalirkan darahnya orang ini, memukul orang ini.
فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
Kemudian pahala orang yang ini pun akan diberikan kepada orang yang ini, orang yang ini pahalanya diberikan kepada orang ini.
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ
Jika pahalanya dibuat menebus sudah habis, dosa dari orang yang dizalimi akan diberikan kepada orang ini. Kemudian dimasukkan ke dalam api neraka.
Semoga Allah menjaga diri kita dari Virus yang menyebabkan amal perbuatan baik tiada artinya (Muflis/bangkrut), karena akan menyebabkan sia-sia dan rugi dunia akhirat. Amin
Penulis : Akrim Billah, ME, Penyuluh Agama Kec. Tamanan Bidgar Zakat
Editor : Gufron