Dr. (H.C). Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (kiri), Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah, Ketua Umum MUI Jawa Tengah |
Keinginan terbesar dari orang tua anak tersebut, berharap makam anaknya diletakkan dekat dengan makam kakeknya (Darjo), mengapa demikian? Salah satunya adalah karena di pemakaman itu banyak orang shaleh, seperti Ayahnya Mbah Kiai Abdul Malik (Kiai Ilyas).
Akhirnya, dengan beberapa alasan kuburan Pak Darjo dibongkar, setelah mencapai pada kedalaman 1,5 m. Tidak menyangka dan sungguh membuat orang yang menyaksikan terkejut ternyata bambunya masih tetap hijau, kain kafannya masih utuh, aroma wangi dari jasad mayitnya luar biasa, masih harum seperti baru dimakamkan beberapa jam.
Baca juga :
- Beredar Surat Keterangan Dokter, Ketua Umum PBNU Negatif Covid-19
- Antara Kitab Suci, Agama dan Fakta Kemanusiaan
Setelah kejadian itu saya langsung menghadap kepada Mbah Kiai Abdul Malik guru saya masa itu, untuk melaporkan kejadian yang sangat menakjubkan dari kuburan kuli pasar yang sholeh (Darjo) ke Mbah Malik.
Pada saat itu Mbah Kiai Abdul Malik sedang duduk santai di depan rumahnya, senyum manisnya begitu jelas melihat kedatangan saya. Sontak Tiba-tiba mbah Malik bilang, “Bagaimana Darjo mayitnya masih utuh?" kata beliau.
Padahal saya belum melontarkan pembicaraan terkait Pak Darjo tersebut. Namun, mbah Malik sudah menjelaskan terlebih dahulu dan mengetahui secara terperinci, seakan beliau ada dilokasi makam Pak Darjo.
“Darjo itu orang yang istiqamah setiap malam tidak pernah meninggalkan untuk membaca shalawat, sebelum itu dilakukan sebanyak 16.000 kali, Darjo enggan tidur. Shalawat yang ia baca setiap saat adalah 'Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Allahumma Shalli ‘ala Muhammad'," Jelas beliau menceritakan kehidupan sehari-hari Pak Darjo tersebut.
Secara lahiriah ia emang kuli kasar, tapi ternyata Pak Darjo temasuk orang saleh. Maka dari itu, jangan pernah melihat diri manusia hanya pada sisi dhohiriyah saja. Akan tetapi, sisi bathiniyah hal yang terpenting harus kita teliti secara seksama.
Mungkin kita berfikir untuk membaca sholawat dengan sebanyak jumlah yang Pak Darjo baca tidak akan mampu melakukannya. Paling tidak minimal 300 kali setiap malam itu sudah bagus. Barang siapa yang membaca shalawat tiap hari buat keluarga dan putra-putrinya tiap malam 300 kali, Insya Allah putra-putrinya akan diberkahi, dan jika nakal, senakal apapun anaknya, pada waktunya akan menjadi baik. Insya Allah.
Penulis : Dr. (H.C). Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Ra’is ‘Am jam’iyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an Nahdiyah, Ketua Umum MUI Jawa Tengah
Editor : Haris