Mahrus Ali, Santri Pesantren Darul Falah, Ramban Kulon, Cermee, Bondowoso, (Foto : Tim Kreatif) |
Maka Allah berfirman kepada Nabi Musa As:
"Telah mati seorang laki-laki yang berada di tempat sampah. Dia adalah wali dari sekian wali-Ku, dia tidak dimandikan, tidak dikafani dan tidak di kuburkan oleh orang-orang. Maka pergilah engkau kemudian mandikanlah dia, kafanilah dia, shalatilah dia dan kuburkanlah dia."
Kemudian Nabi Musa pergi ke tempat itu dan bertanya kepada orang-orang tentang seorang yang mati itu, lalu berkata mereka berkata, "Telah mati seorang laki-laki dengan sifat seperti ini dan seperti itu (isyarat) dan sesungguhnya dialah orang fasik yang jelas," ungkap seseorang kepada Nabi Musa.
Maka, Nabi Musa pun bertanya, "Dimana tempatnya? sesungguhnya Allah SWT menurunkan wahyu untukku karena lelaki tersebut. Maka beritahukan padaku dimana tempatnya."
Baca juga :
- Ahli Mabuk, Meninggal Mulia
- Keajaiban Shalawat : Kuli Pasar yang Sholeh
- Sogokan Iblis
- Pandemi Tak Kunjung Reda, Muslimat NU Terus Panjatkan Shalawat
- Al-Fatihah untuk Bidadari Dunia
- Ikuti Instagram Warta NU
- Jangan Lupa Add Facebook Warta NU
Kemudian orang-orang itu mengantarkan Nabi Musa ketempat dimana orang mati tersebut dibuang. Ketika Nabi Musa melihatnya di tempat sampah, maka orang-orang tersebut memberi tahu kepada Nabi Musa As tentang perilaku buruknya.
Mendengar penjelasan dari orang yang mengantarkannya itu, Nabi Musa pun bermunajat kepada Allah SWT,
"Wahai Tuhanku, Engkau memerintah kepadaku untuk menguburnya dan menshalatinya sedangkan kaumnya menyaksikan atas kejelekannya."
Maka, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa, "Benar apa yang dikatakan kaummu. Hanya saja, lelaki itu ketika akan mati dia berkata tiga hal."
Mendapat wahyu dari Allah SWT, Nabi Musa bertanya lagi, "Wahai Tuhanku, apa tiga hal tersebut?"
Allah berfirman,
"Ketika dia akan mati, dia berkata: 'Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui tentangku dan sesungguhnya aku bermaksiat kepadamu. Tapi aku tidak suka melakukan hal itu, hanya saja itu terjadi karena aku berkumpul dengan tiga keadaan, sehingga aku melakukan maksiat. Tiga hal tersebut adalah hawa nafsu, tempat buruk dan Iblis yang terlaknat. Tiga hal inilah yang mendorongku kepada maksiat. Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang aku ucapkan, maka ampunilah aku.'
Kedua kalinya dia berkata: 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui aku bermaksiat dan tempatku bersama orang-orang fasik, tetapi aku lebih senang kepada orang-orang shaleh dan kezuhudannya. Duduk bersamanya lebih disenangi olehku daripada duduk bersama orang-orang fasik.'
Ketiga kalinya: 'Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwasanya orang shaleh lebih kusenangi dari pada orang fasik sehingga jika menghadap kepadaku dua orang laki-laki yaitu orang shaleh dan orang jelek, maka aku akan lebih mendahulukan pada kebutuhannya orang shaleh dari pada orang jelek.'
Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbah, lelaki tersebut berkata:
"Wahai Tuhanku, jika Engkau mengampuni dosa-dosaku maka akan senang para kekasihmu (Wali dan Nabi) dan setan yang menjadi musuhku dan musuh-Mu akan sedih. Jika Engkau menyiksaku sebab dosa-dosaku, maka setan akan senang dengan teman-temannya dan para kekasihmu (Wali dan Nabi) akan bersedih. Sesungguhnya aku tahu bahwa senangnya kekasihmu ialah lebih Engkau senangi dari pada senangnya setan dan teman-temannya. Maka ampunilah aku. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang aku katakan, maka kasihanilah aku dan maafkanlah aku."
Allah berfirman, "Aku merahmatinya, mengampuninya dan memaafkannya. Sesungguhnya Aku ialah Dzat Maha Pemurah dan Maha Pengasih bagi orang yang mengakui dosanya dihadapan-Ku dan lelaki ini adalah orang yang mengakui dosanya dihadapan-Ku, maka Aku mengampuni dan memaafkannya. Wahai Musa, kerjakanlah perkara yang diperintahkan-Ku kepadamu, maka sesungguhnya Aku mengampuni kepada orang-orang yang menshalatinya dan mengurusi penguburannya dengan sebab menghormatinya."
Penulis : Mahrus Ali, Santri Pesantren Darul Falah, Ramban Kulon, Cermee, Bondowoso
Editor : Muhlas