Muhammad Nur Taufiq, Alumni PKP NU IV PC LTN NU Bondowoso |
Bisa dikatakan, proses tersebut memakan waktu yang lumayan lama. Beberapa kali Konfercab harus ditunda hingga tiga putaran dengan berbagai alasan.
Tapi kita senantiasa berharap, bahwa semua ikhtiar dan ijtihad yang dilakukan kader senantiasa dalam kebenaran demi kebaikan semua pihak. Kalau pun ada oknum yang sengaja merusak proses yang dilakukan, pahamilah itu sebagai pembelajaran untuk dilakukan pembenahan. Termasuk memberikan pemakluman dan memaafkan.
Ternyata setelah melihat status WA, ucapan selamat bermunculan dari kader PMII yang nomornya saya simpan. Termasuk dari Ketua PMII Bondowoso dimisioner sahabat Fathor Rozi.
Selama proses Konfercab, saya seringkali bertanya kepada beberapa kader PMII dari Nurut Taqwa. Berbagai informasi sudah saya terima. Dari sanalah kemudian saya mendapat beberapa pelajaran penting terkait organisasi salah satu Banom NU tersebut. Terutama dalam proses berdemokrasi.
Baca juga :
- Harlah V PMII Wahid Hasyim, Maksimalkan Bermedsos
- Shaiful Khoir Nahkodai PMII, Begini Pesan Pendiri PMII Wahid Hasyim
- Tumbuhkan Semangat Literasi, Kader NU Dirikan Rumah Singgal Literasi dan Penelitian
- Ikuti Instagran Warta NU
- Jangan Lupa Add Facebook Warta NU
Saya khusnudzon semua kader yang terlibat dalam Konfercab berupaya semaksimal mungkin menjaga marwah organisasi. Itu memang tanggung jawab kader. Termasuk membelanya ketika ada yang ingin merusaknya.
Kita barangkali sepakat di antara ciri kader terbaik yaitu kader yang keberadaannya bisa menjadi solusi bukan menjadi polusi, menginspirasi bukan mengintervensi, pandai menempatkan posisi bukan lihai memprovokasi, berpikir bijak bukan mudah memberontak, dan sebagainya. Bahkan demi kemaslahan harus rela diturunkan di tengah jalan.
Dalam hal ini, saya teringat kepada sosok Gus Dur. Bagaimana ketika beliau dilengserkan dari kursi Presiden. Seandainya Gus Dur berkenan, bisa saja ia akan mempertahankan dengan mengerahkan pembelanya yang sudah siap mati. Dengan bijak Gus Dur menyampaikan bahwa tidak ada jabatan yang layak dipertahankan mati-matian.
Meski demikian, reputasi Gus Dur tidak pernah hilang dalam ingatan. Bahkan ketika wafat pun, ia tetap mampu memberikan kekuatan penting dalam proses perjuangan.
***
Pada waktu MAPABA di Nurut Taqwa, saya bicara beberapa hal dengan Sahabat Khoir. Misalnya penguatan literasi.
Diakui atau tidak, literasi menjadi hal penting dalam organisasi. Bahkan literasi bisa dijadikan gerakan di berbagai media. Baik cetak maupun online. Termasuk dalam situasi pandemi seperti saat ini.
Hal itu mengingatkan saya pada Mahbub Djunaidi, Ketua Umum PMII pertama yang berjuluk Pendekar Pena. Di samping melakukan gerakan di lapangan, Mahbub juga menuangkan ide, gagasan, pandangannya melalui tulisan.
Ketika gerakan di lapangan terbatas, maka tulisan akan terus menembus batas. Tradisi inilah yang sebenarnya perlu ditularkan, dirawat, dan diwariskan. Hingga saat ini, karya Mahbub yang abadi, di antaranya adalah Mars PMII dan Mars Ansor.
Di samping itu, Mahbub termasuk orang yang dekat dan sering diajak diskusi oleh Kiai As'ad. Setiap kali dipanggil Kiai As'ad, Mahbub menyempatkan diri hadir ke Situbondo. Ini bentuk ketakdiman beliau pada ulama. Pengalaman itulah yang kemudian ditulis Mahbub dalam salah satu esainya berjudul Lagi-Lagi Situbondo.
***
Syaiful Khoir, Mandataris Ketua Cabang PMII Bondowoso priode 2020/2021 |
Kami juga sempat merencanakan agenda festival online tingkat nasional. Namun belum bisa diwujudkan. Belakangan saya tahu, kalau sahabat Khoir aktif di media Alifya. Saya sendiri aktif mengelola Atsar Multimedia.
Dalam pertemuan di Nurut Taqwa itu, kami juga membicarakan kondisi website wartanu.com. Ternyata Sahabat Khoir masuk kepengurusan di dalamnya.
Saya menyampaikan bagaimana karya yang diposting terjadwal dengan baik sehingga istiqamah. Kami juga sepakat kalau tulisan yang masuk diapresiasi. Misalnya memberi kaos jika karyanya lolos sampai 10 kali. Itu bukan gaji sebagaimana media-media ternama. Tapi penghargaan untuk memberi motivasi.
Dalam perbincangan itu juga, saya mendapatkan pencerahan. Bagaimana keberadaan organisasi mampu menjadi fasilitator semua kader yang berpotensi. Bukan sekedar memanfaatkan kader memperkuat diri dengan berbagai reputasi dan prestasi.
Meski secara administrasi saya tidak pernah tercatat sebagai kader PMII, akan tetapi, pemahaman saya terhadap organisasi banyak didapat dari kader PMII.
Sahabat Khoir akan memimpin selama satu tahun. Waktu itu sungguh terasa singkat. Kita akan lihat apa yang akan menjadi gerakan prioritas sehingga PMII lebih berkualitas, kuat menjaga idealitas dan peka terhadap realitas.
Teruslah mengalir Sahabat Khoir, membawa kejernihan mata air untuk bertemu keluasan lautan. Ketulusan merangkul berwarna arus untuk dipertemukan dalam satu kekuatan yang tak habis gelombang.
Selamat berkhidmat dan mengemban amanat!
Penulis : Muhammad Nur Taufiq, Alumni PKP NU IV PC LTN NU Bondowoso
Editor : Gufron