Risqy Aisyatus Shalehah, Mahasiswa IAIN Jember |
Tapi masih tetap kaprah seperti sedia kala.
Perempuan anak pertama
Tidak boleh lemah dihadapan anggara
Hey aku!
Coba lihat! Sudahkah kamu suguhkan tawa padanya?
Atau beban pikul?
Ayolah!
Buana tak lagi muda, begitupun dengan mereka diseberang.
Pandang dirimu hanya diam dan membisu.
Ketika saban kalimat, tak lagi dimuat tak lagi mempan sebagai umpan.
Baca juga :
Jangan terdayuh sembilu, terpaut sandiwara.
Selimut menjadi teman,
Hanya sujud menjadi selingan lirihnya suaramu menengadah
Tatap, sesakit itu kah?
Tuntutan dewasa menantang garis waktu dan usia
Hey aku!
Kembali tatap dan pandang
Jangan goyah! Hanya gertakan semata.
Bangkit! Katakan pada mereka,
Teriakkan dan dekatkan pada de dang telinganya.
kamu bukan lagi "putri kecil mungil"
Perlihatkan alap Buana, Luas dan membahana
Hey aku!
Yang menjadikan takdir sebagai teman, bukan musuh dalam kesakitan.
Raih dengan perubahan, nasib yang baik menanti di depan
Sadrah pada tiap bait doa yang kau lantunkan
Berikhtiar atma dan renjana
Karena menyerah akan semakin memberat.
Penulis : Risqy Aisyatus Shalehah, Mahasiswa IAIN Jember
Editor : Haris
Tags:
SENI BUDAYA