Siti Aminah binti Wahab adalah ibu yang melahirkan Nabi Muhammad SAW (Foto : Tim Kreatif) |
Namun, ketika umurnya menginjak 6 tahun Nabi Muhammad harus kembali ke Madinah al-Munawwarah bersama ibunya untuk silaturrahmi ke rumah saudara-saudara ibunya disana.
Waktu yang singkat tidak disia-siakan, dihabiskan sepenuhnya bersama saudaranya di Madinah.
Kemudian, usai dari Madinah Beliau dan Ibunya kembali lagi ke Makkah. Namun, di tengah perjalanan kabar duka menyerta dalam langkah pulang tepatnya di desa Abwa’ (nama sebuah desa yang terletak antara Makkah dan Madinah, lebih dekat ke Madinah kurang lebih 37 km).
Baca juga :
- Matinya Seorang Pendosa yang Dirahmati Allah SWT
- Lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW dan Cerita Pasukan Gajah
- Keajaiban Sholawat : Kuli Pasar yang Shaleh
- Benarkah Hitungan Masa Haidhmu? Inilah Penjelasan Syaikh Salim Tentang Masa Haidh
- Ikuti Instagram Warta NU
- Jangan Lupa Add Facebook Warta NU
Bahwasanya Siti Aminah (Ibu Nabi Muhammad SAW) diserang sakit keras dan menghelakan nafas terakhirnya. Sehingga, Siti Aminah pun dimakamkan di desa itu juga.
Selepas pemakaman, Baginda Nabi kembali ke Makkah al-Mukarramah. Masih berumur 6 tahun sudah ditinggalkan oleh ayah dan ibunya. Akhirnya dirinya tinggal bersama kakeknya yang bernama Abdul Muthallib kurang lebih 2 tahun lamanya.
Abdul Muthallib adalah seorang kakek yang sangat cinta pada cucunya (Nabi Muhammad SAW). Bahkan, pernah suatu ketika Abdul Muthallib tidak bisa makan karena tidak bersama dengan Nabi Muhammad SAW.
Bahkan Abdul Muthalib melihat tanda dalam diri Nabi Muhammad tampak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kelak di masa mendatang ia akan memiliki suatu perkara yang agung.
Tidak lama kemudian, ketika Nabi Muhammad SAW masih berumur 8 tahun kakeknya Abdul Muthallib meningga dunia. Maka, tiada pilihan lain selain dirinya harus tinggal bersama pamannya yaitu Abu thalib yang merupakan wasiat dari kakeknya tersebut.
Abu Thalib, yang memang sangat mencintai Nabi Muhammad SAW dan menjaganya dengan sungguh-sungguh hingga menjelang remaja.
Mengasuh dengan penuh kasih dan sayang serta perhatian penuh terhadapnya. Harta sedikit namun berkat hadirnya Nabi Muhammad harta tersebut berkah dan melimpah.
Selama berada dalam asuhan Abu Thalib yang sederhana, Nabi Muhammad merupakan teladan yang paling baik. ia bersikap qana’ah (menerima apa adanya) tidak seperti perbuatan-perbuatan yang dilakukan anak-anak se usia dengannya.
Seperti dikisahkan oleh pengasuhnya Ummu Aiman, ketika saat makan tiba. Anak-anak lainnya datang melahap makanan yang ada, sedangkan Muhammad tetap tenang dan menerima apa adanya.
Sungguh Mulia, masa yang masih sangat belia. Namun, keteguhan hati dan keteguhan jiwa dalam memegang prinsip diri sungguh sangat kuat. Dia adalah pewaris Nabi yang sangat mulia nan agung, Insanul kamil, manusia yang paling sempurna.
Penulis : Maulana Haris, Santri Pesantren Bahrul Ulum Tangsil Kulon
Editor : Gufron