Taufik Qulfatah, Aktivis Mahasiswa PMII IAIN Jember (Foto : Tom Kreatif) |
Berita bohong atau yang biasa di kenal dengan hoax bukanlah pertama kali terjadi, sebenarnya hoax (hadist al-ifki) sudah pernah menimpa keluarga nabi Muhammad SAW yaitu Ummul mukminin Siti Aisyah Radhiyallahu Anhu.
Beliau dituduh telah berselingkuh dengan salah satu sahabat Nabi bernama Shafwan bin mu'aththal pada saat tahun kelima hijriah setelah pulang dari ekspedisi musthaliq. Ceritanya bermula pada saat rombongan Nabi Muhammad beristirahat di suatu tempat dalam perjalan pulang ke Madinah usai perang Muraisyi'.
Baca Juga :
- Memasung Makna, Melambungkan Citra
- Perang Terbuka Kelompok Khalifahis Palsu
- Kuatkan Pondasi Kepemimpinan, Ansor Tenggarang Gelar PKD
- Joe Biden dalam Khayalan Cak Mamat dan Petuah Kiai Argo
- Ikuti Instagram Warta NU
- Jangan Lupa Add Facebook Warta NU
Siti Aisyah keluar dari tandu untuk mencari kalungnya yang hilang namun pada saat kembali ke tempat rombongan beristirahat, beliau sudah tertinggal oleh rombongan Nabi Muhammad yang melanjutkan perjalanannya ke kota madinah.
Siti Aisyah memutuskan untuk tetap menunggu di tempat tersebut agar rombongan menyadari bahwasanya istri Nabi Muhammad SAW telah tertinggal dan mencari di tempat peristirahatan. Namun, setelah sekian lama menunggu masih tidak ada orang yang menjemput beliau sampai pada akhirnya Shafwan bin al-muaththal lewat di tempat Aisyah seraya kaget mengucapkan "innalilahi wa innailaihi Raji'un".
Shafwan langsung gercap membungkukkan untanya agar Siti Aisyah dapat menunggangi untanya untuk membantunya pergi ke tempat rombongan Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanan Shafwan bin mu'aththal dan siti Aisyah tidak berbicara satu katapun.
Peristiwa ini dimanfaatkan oleh orang munafik untuk membuat Berita bohong (hadist al-ifki) yaitu Abdullah bin Ubay bin Salul dan disebarkan oleh Hassan bin Tsabit, Misthah bin Atsatsah, dan Hamnah binti Jahys sehingga Madinah geger dan terjadi kegoncangan ditengah muslimin dengan kabar selingkuhnya Siti Aisyah.
Melihat kabar itu, Nabi Muhammad SAW tetap diam dan hanya menunggu Wahyu turun saja. Namun Karena Wahyu tidak kunjung turun Nabi Muhammad meminta pendapat dari para sahabatnya yaitu Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid dan yang lainnya terkait dengan persoalan tersebut seperti yang di terangkan oleh Syaikh Shasfiyurrahman al-mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah (2008).
Sedangkan Aisyah yang telah jatuh sakit selama satu bulan setelah perjalanan dari perang Murasiyi' juga mendapatkan ijin untuk tinggal di rumah orang tuanya. Dalam satu riwayat Siti Aisyah menangis selama dua malam tanpa henti dan merasa bahwa Nabi Muhammad SAW telah berbeda tidak ada bercanda dan kurang perhatian.
Siti Aisyah sabar menghadapi fitnah tersebut sampai Allah membelanya. Sehingga pada akhirnya Wahyu turun yaitu surat an-Nur ayat 11 yang menjelaskan bahwasanya Aisyah tidak berselingkuh dan menampilkan bahwa berita tersebut adalah berita bohong.
Baca Juga : Jihad Membasmi Hoax, Inilah Tips yang Bisa Dilakukan
Berdasarkan cerita tersebut, ada enam pelajaran yang di dapat dalam mengahadapi berita bohong dan menjadi rujukan untuk kita dalam mengahadapi sebuah isu yang masih tidak jelas sumbernya seperti apa yang di sebutkan oleh Quraisy Shihab yaitu Pertama, Nabi Muhammad tidak langsung mempercayai berita tersebut dan meminta pendapat kepada sahabat. Kedua, Aisyah sabar dan meminta pembelaan dari Allah. Ketiga, Mengajarkan kita bahwasanya isu tidak boleh di sebarkan karena sangat berbahaya bagi kesatuan umat. Keempat, mengajarkan kita untuk tetap menjaga kehormatan seorang dan memelihara nama baik seseorang. Kelima, Allah SWT pasti membantu orang yang dianiaya cepat atau lambat. Keenam, Memaafkan.
Wallahu a'lam bissallab
Penulis : Taufik Qulfatah, Aktivis Mahasiswa PMII IAIN Jember
Editor : Gufron
Referensi :
- Ulfah kholiliana nefiyanti. 2019. BERITA BOHONG DALAM AL-QUR’AN (Studi Atas Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap QS. An-Nur [24]: 11-18 dalam Tafsir Al-Mishbah). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
- https://uninus.ac.id/pelajaran-dari-kasus-berita-bohong-yang-menimpa-sayyidah-aisyah/