Para senior dan alumni PMII turut hadir dalam resepsi pelantikan PC PMII Bondowoso |
Salah satu pandangan positif dari senior dapat dilihat dari sambutan Moh. Sahlawi Zain, wakil ketua Majelis Pembina Cabang (Mapincab) Kabupaten Bondowoso.
Dalam sambutannya Sahlawi mengatakan bahwa, PMII sebagai organisasi pergerakan harus terus berada pada garis perjuangan. Gerakan perjuangan PMII harus berlandasan nilai-nilai ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW.
Baca juga :
- Siapkan Kader Militan PK PMII Wahid Hasyim Adakan PKD
- Wajah baru PMII Bondowoso Hendak Jadi Mitra Kritis Pemerintah
- Muhammadiyah Kehilangan Masjid
- Hahaha.. Ternyata NU juga Kehilanngan masjid
"Tidak hanya menjadi mahasiswa pergerakan, akan tetapi mahasiswa pergerakan dengan nilai islam," kata Sahlawi dalam sambutan pelantikan PC PMII Bondowoso di Graha PMII, Curahdami, Bondowoso, Sabtu (06/02).
Lebih lanjut Sahlawi mengingatkan kepada seluruh kader PMII Bondowoso untuk terus mengasah pemikirannya melalui berbagai analisa dan desain gerakan yang lebih baik kedepannya.
Tak segan-segan Sahlawi mengatakan bahwa PMII sebagai Banom sekaligus Anak emas Nahdlatul Ulama, memiliki posisi yang sejajar, sehingga perlu untuk terus bersinergi.
"Maka itu, Jangan pernah lepas komunikasi dan Konsolidasi," tegasnya.
Selain itu, Ketua IKA PMII Bondowoso, Asnawi Sabil mengingatkan, bahwa PMII lahir dari rahim NU, sehingga tidak pantas jika PMII berprilaku menyimpang dari ajaran Ahlussunah wal Jamaah.
"Jangan sampai menyimpang dan melupakan nilai dari pada ajaran Ahlussunnah wal jamaah. Baik dari segi akhlak maupun yang lainnya," ujar ketua IKA PMII Bondowoso itu.
Disisi lain H. Amin Said Husni, Ketua IKA PMII Jatim menjelaskan tentang kriteria kader PMII yang ideal. Menurutnya, kader PMII haruslah kader yang benar-benar kompeten, Berkhidmat dan berkualitas.
"Dengan begitu akan tercipta kader yang ulil albab, seperti yang dikatakan dalam Al qur'an sebanyak 16 kali itu," jelasnya.
Mantan Bupati Bondowoso itu berharap kader PMII di Bondowoso harus mempunyai kesadaran spritual, selalu terkoneksi baik dalam keadaan duduk, berdiri, maupun terlentang dalam setiap keadaan.
"Tentu jika begitu kader akan berbasis intelektual dzikir yang memiliki korelasi antara dzikir dan fikir serta tidak hanya menjadi sebuah teori. Namun, harus ada implementasi dalam sebuah kehidupan," Kata H. Amin memotivasi.
Penulis : Haris
Editor : Gufron