Suasana santri putra PP Miftahul Ulum saat akan pulang pada liburan menyambut bulan suci Ramadhan |
Sebelum pulang ke rumah masing-masing, Kiai Ahmad Ghofur Bahruji tidak ingin santrinya pulang membawa kesalahan. Oleh karena itu, mewakili keluarga besar pesantren ia memaafkan segala kesalahan santri yang pernah dilakukan selama satu tahun di pesantren.
"Santri tidak perlu meminta maaf, saya dan Ummi pasti memaafkan asalkan santri melaksanakan segala ilmu yang sudah didapat di pesantren," ucapnya.
Kiai Ahmad berharap, apa pun ilmu yang sudah didapat oleh santri di Ponpes Miftahul Ulum Tumpeng selama satu tahun menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah.
"Bahagia dan membahagiakan, baik kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat umum," harapnya.
Baca Juga :
- Santri Libur Pesantren, Ini Pesan Pengasuh PP Al- Hidayah Tenggarang
- Pentas Seni Merupakan Ajang Kreasi
- Story Santri : Siraman Rohani
Lebih lanjut, Kiai Ahmad juga mengingatkan kepada seluruh santri untuk senantiasa istiqomah dalam beribadah, khususnya ibadah puasa kecuali ada halangan bagi santri putri.
"Rukhsoh atau keringanan tidak puasa di bulan Ramadan hanya dimiliki santri putri. Oleh karena itu, santri putri jangan lupa dicatat tanggal dimulainya haidh karena masa paling lamanya haidh adalah 15 hari selebihnya adalah istihadlah," ungkapnya.
Sebelum pulang ke rumah masing-masing, para santri baik santri putra ataupun putri sowan (pamitan) terlebih dahulu kepada keluarga pesantren |
"Laksanakan juga one day one juz sebagaimana di pesantren, baik di laksanakan di musalla atau masjid. Namun, jangan lupa sempatkan baca al-qur'an di rumah masing-masing," tambahnya.
Selaku pengasuh pesantren, Kiai Ahmad berpesan, apabila santri dibutuhkan oleh masyarakat untuk memimpin tahlil, menjadi bilal atau pun khatib, dan lain sebagainya harus siap dan tidak boleh menolak.
"Santri Miftahul Ulum Tumpeng adalah santri siap pakai. Karenanya, ketika sudah berada di rumahnya masing-masing, santri harus berani tampil," tegasnya.
Mengakhiri sambutannya, Kiai Ahmad menjelaskan, bahwa pulangnya santri ke tempat tinggalnya masing-masing, hanya raganya saja yang berpisah, Namun secara batiniyah sambungan santri dan Gurunya tidak akan pernah berpisah.
"Pemulangan santri ini merupakan perpisahan lafdzan laa maknan. Berpisah secara raga saja, namun sambungan rohani tetap terjalin dan tidak pernah berpisah," pungkasnya.
Prosesi pemulangan santri tersebut dilaksanakan di halaman keluarga besar Ponpes Miftahul Ulum Tumpeng dengan mematuhi protokol kesehatan. (*)
Penulis : Muhlas
Editor : Gufron