Sugiono (Kiri), ketua PAC IPNU Kecamatan Pujer terpilih bersama Fathorrosi (kanan) salah satu pengurus PC IPNU Bondowoso |
Ya, Rekan Sugiono namanya. Dia yang akan memimpin Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) Masa Khidmat 2021-2023. Selama 2 tahun, Sugiono akan menjadi nahkoda baru pada organisasi Pelajar NU di kecamatan Pujer.
Awal mula saya bertemu dengan Rekan Sugiono memang ada rasa yang tidak menyangka. Mengapa? Karena dirinya ketika ditanyak selalu merendah dan saya masih mau terus belajar. Pasti tanggapannya demikian. Namun, dari kalimat itulah sekarang usahanya telah dibayar, dengan dipercayainya menjadi pemimpin selama satu periode.
Baca Juga :
- Lagi, MWCNU Sukosari Menangkal Paham Radikal Dengan Kajian Kitab Bidayatul Hidayah
- Ciptakan Regenerasi Kepemimpinan, PAC IPNU IPPNU Kecamatan Pujer Adakan Konferensi
- Basir Mustofa Terpilih Sebagai Nahkoda Baru PK PMII STKIP Modern Ngawi Periode 2021-2022
Kemarin, pasca pemilihan tanpa sengaja saya menghubungi Rekan Sugino melalui pesan whatshapp. Saya langsung mewawancarai ketua terpilih tersebut dengan melontarkan beberapa pertanyaan. Dengan begitu luwesnya semua pertanyaan dijawab. Padahal awal mula bertemu dengan saya, dirinya sangat gugup, cenderung malu dan ingin selalu tersenyum.
Hingga pada 1 pertanyaan, “Bagaimana proses awal kamu masuk ke IPNU?” dengan uniknya dia menjawab, “Kalau ditanya awal proses masuk IPNU itu saya hanya disuruh, dan itupun saya benar-benar tidak tahu apa itu IPNU. Karena yang saya ketahui IPNU dirumah saya itu ada kayak pelatihan tentara. Sepintas saya berkata, ‘nyaman pas deddhi tentara koklah (Enak pas jadi tentara saya). Nah, pasca dari situ ternyata saya dikirim ke MWC (Majelis Wakil Cabang) setempat. Itulah proses awal masuk IPNU,”
Inilah yang mencerminkan dirinya seorang Rekan Sugiono yang menyatakan bahwa dirinya memang tidak tahu. Namun, karena gigih dan semangatnya membuat rasa penasaran tersebut berubah menjadi kenyataan akan akan keingin tahuannya terhadap organisasi IPNU.
Foto bersama, seusai acara Konferensi PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Pujer |
“Kak, saya boleh minta kertas kosong?” tanyanya pada saya yang saat itu memimpin forum. “Boleh,untuk apa?”. Dengan senyumnya, Sugiono menjawab, “Saya juga ingin sama dengan adik-adik disini. Membuat puisi,” tanpa basa-basi saya langsung memberikan kertas kosong tersebut. Hingga akhirnya terciptalah sebuah puisi murni karya tulisan Rekan Sugiono. Hanya saja dia langsung menyobek kertas yang berisi puisi hasil tulisannya sendiri. Malu untuk diperlihatkan karena baru belajar.
Teringat dari situlah, saya ingin mengulas lebih dalam tentang Nahkoda baru IPNU Kecamatan Pujer tersebut. Padahal sudah berlalu satu minggu. “Apa saja yang kamu rasakan selama berproses di IPNU?” keyakinan saya semakin membakar, bahwa apa yang telah dirasakan saat Road To PKPP Nurul Ulum akan diungkap.
“Proses yang saya rasakan saat ber-IPNU adalah sangat dan sangat bahagia, senang dan juga harus tetap bersyukur. Karena dari proses tersebut bisa menambah banyak teman, bisa meminta bantuan saat musibah melanda dan posisi saya jauh dari rumah. Bisa dibilang itu adalah relasi juga. Selain itu, saya bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman yang belum pernah saya rasakan dan saya cicipi di bangku sekolah,”
Ada sebuah kalimat yang akan membuat orang-orang non organisatoris tertegun saat membaca tulisan ini. Pengalaman dan ilmu di dalam sebuah organisasi utamanya dibawah naungan Nahdhatul Ulama (NU) sudah terungkap belum ada di bangku sekolah. Ini menandakan bahwa, bukan hanya seorang mahasiswa yang harus berorganisasi.
Akan tetapi, seorang pelajar yang masih duduk dibangku sekolah juga harus merasakan bagaimana berorganisasi dijalan yang tepat dan benar sanad keilmuan dan perjuangannya. Tentu, ada IPNU, IPPNU dan PMII misalnya.
Hal tersebut tidak menghentikan saya untuk menelisik lebih dalam lagi, ternyata masih banyak yang belum terungkap oleh Pakwa (panggilan akrabnya) terpilih tersebut. Dengan pertanyaan baru, tentu dengan suasana yang baru pula.
“Hal apa yang hingga saat ini terkesan dan bisa membawamu menjadi Ketua IPNU Kecamatan Pujer?” Nah, sebelum saya mengungkap apa jawaban dari Rekan Sugiono. Saya langsung mengelus dada disaat saya bertanya kepada Rekan Sugiono, sebab dia salah satu panitia dalam konferensi tersebut. “Lek, Siapa yang terpilih?” dengan tegas dan begitu bahagianya dia menjawab, “Buleh dibik kak, buleh kak (saya sendiri kak, saya kak),” diulang dua kali. Subhanallah.
Kemudian, diapun juga menjawab pertanyaan ketiga yang saya berikan khusus. “Hal yang paling terkesan dalam diri saya ada di jargon Pelajar NU yaitu Belajar, Berjuang, Bertaqwa. Harus berjuang, belajar juga tidak boleh lupa serta ketaqwaan kita terhadap Allah SWT,”
Dengan jawaban tersebut, saya semakin yakin bahwa Rekan Sugiono sudah mampu merealisasikan jargon Pelajar NU dalam kehidupannya. Sehingga, bisa membawa dan mengangkat dirinya terbang dengan setinggi-tingginya. Inilah yang sering diungkap oleh para rekan maupun sahabat lainnya. Bahwa ‘Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Begitu pula hasil, tidak akan pernah mengkhianati segala usaha’.
Selanjutnya, saya ingin mengungkap rasa dan suasana yang berbeda tentunya akan dialami oleh dirinya. Semula hanya sekedar menjadi anggota, terus berproses pengurus harian hingga terpilih menjadi ketua umum. “Apa yang kamu rasakan disaat sudah terpilih?” mesin ketik di whatsapp begitu lama muncul. Pasti akan ada jawaban spesial dari moment bahagia tersebut.
“Tentunya bahagia bangetlah, bersyukur juga. Karena akan mendapatkan ilmu kepemimpinan yang belum saya pelajari dibangku sekolah juga,” jawabnya
Lagi-lagi dia mengungkap ilmu yang didapat pasca dirinya terpilih belum didapatkan pada saat dirinya menempuh pendidikan di bangku sekolah. Ya, Ilmu Kepemimpinan. Sebenarnya tak jarang orang mempunyai jiwa kepemimpinan. Hanya saja dari sekian banyak orang memendam jiwa kepemimpinannya karena kurangnya rasa percaya diri dalam dirinya.
Ada seseorang yang memang sudah tertanam dalam dirinya. Namun, ada juga yang perlu dilatih dan dimbimbing. Juga, ada yang harus membaca beberapa jilid buku teoritik tentang kepemimpinan. Nah, berbeda dengan Rekan Sugiono ini. Dia akan mendapatkan ilmu kepemimpinan dari jawaban saat saya bertanya adalah pada saat dirinya menjabat sebagai ketua IPNU selama 2 tahun tersebut. Sungguh tidak pernah menyerah dan putus asa, bahwa belajar tidak ada keterbatasan usia selama hayat masih dikandung badan. Selagi kesempatan masih memiliki alur yang panjang.
Sugik panggilan akrabnya semenjak saya kenal. Dengan proses dan perjuangannya yang luar bisa sudah membawa dirinya saat ini menjadi seorang pemimpin. Bukan lagi dipimpin. Mengurus bukan lagi diurus. Tentu, memperjuangkan masa 2 tahun atas amanah yang diberikan. Maka dari itu, dirinya harus punya planning (rencana) yang sudah harus tercanang sejak awal sebelum terpilih.
Baca Juga :
- Selain Doa Bersama, NU Bondowoso juga Gelar Santunan Anak Yatim
- Ketegasan Seorang Guru
- 4 Alasan Shahih al-Bukhari Menjadi Kitab Paling Kredibel Setelah al-Qur’an
“Semua orang bisa bermimpi untuk PAC Pujer kearah yang lebih baik. Tetapi, saya akan membawa PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Pujer kearah yang bisa menjadikan PAC Pujer menjadi cerminan bagi PAC-PAC lain dibawah naungan PC IPNU Kabupaten Bondowoso,”
Subhanallah, pikiran yang cerdas. Dia benar-benar menunjukkan, bahwa menjadi diri sendiri itu lebih baik. Daripada harus sama namun tidak sesuai dengan selera hati.
Semoga amanah ini bisa diemban dengan baik. Serta, membuktikan bahwa apa yang telah terucap menjadi bukti nyata terhadap PAC IPNUKecamatan Pujer.
Penulis: Haris
Editor: Gufron