Yenny Wahid, saat berkunjung ke PWNU Papua |
Cicit dari pendiri Nahdlatul Ulama (KH. Hasyim Asy'ari) ini disambut hangat oleh sejumlah pengurus PWNU, serta sejumlah pengurus Fatayat dan Muslimat Papua yang merupakan organisasi badan otonom NU.
Sambutan hangat oleh pengurus dan warga Papua dibuktikan dengan pemberian Topi Cendrawasih kepada Yenny Wahid. Menurut warga Papua, topi tersebut menjadi simbol bahwa warga Papua senang dengan kehadiran Yenny Wahid.
Baca Juga :
- Momentum "Muspincab" Sebagai Formulasi untuk Rekonsiliasi Organisasi
- Mbah Kholil Bangkalan, Mbah Hasyim Asy’ari dan Shalawat Nariyah
- Makna Kemerdekaan Menurut Yenny Wahid
Silaturahim Yenny Wahid ke PWNU Papua diisi dengan diskusi dan saling berbagi informasi serta pengalaman-pengalaman pengurus PWNU dalam menjalankan roda organisasi NU di Papua.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam ini, Yenny mengajak seluruh kader dan pengurus NU di Papua untuk menyebarkan perdamaian yang inklusif.
"Kultur di Papua sangat berbeda dengan di Jawa. Di sini NU sebagai organisasi Islam merupakan minoritas di antara agama-agama yang lain. Oleh karena itu, penting bagi NU untuk menyebarkan perdamaian yang inklusif kepada seluruh anak bangsa yang ada di sini," katanya.
Yenny juga mengingatkan bagaimana Gus Dur dulu mengayomi masyarakat Papua yang beragam agama, ras dan suku.
"Perintah agama dalam Islam sangatlah jelas bahwa perbedaan harus disikapi dengan rasa ingin tahu untuk saling mengenal dan menghormati, bukan untuk saling bermusuhan dan membenci," lanjutnya.
Menanggapi hal itu, Ketua PWNU Papua, Ustad Tony Vivtor Mandawiri berkomitmen akan terus menyebarkan nilai-nilai yang Gus Dur perjuangkan.
"Perbedaan adalah rahmat, kami di sini akan banyak mengambil pelajaran dari Gus Dur bagaimana bersikap terhadap warga Papua," katanya.
Ustad Tony juga menyampaikan bahwa pihaknya pihaknya mempunyai sekolah bersama yang hasil gabungan dengan beberapa organisasi masyarakat yang sudah berjalan sejak lama, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Baca Juga :
Mendengar hal tersebut, Yenny turut senang dan mengapresiasi. Menurutnya, NU harus terbiasa mengelola perbedaan menjadi hal yang biasa dan lumrah sehingga dapat menciptakan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Silaturahim tersebut juga dihadiri oleh tokoh agama Islam Papua yang aktif menggerakkan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan di Papua.
Kontributor: Eqtafa Berrasul Muhammad, Jurnalis Media NU Depok
Editor : Muhlas