Suasana Istighasah PR Fatayat NU Tanah Wulan, Maesa Bondowoso |
Ketua Ranting Fatayat NU Tanah Wulan Imroatus Soleha dalam sambutannya menyampaikan refleksi lahirnya NU sebagai jam’iyah diniyah ijtima’iyah (organisasi keagamaan dan kemasyarakatan).
Baca Juga :
- Jerami Hitam
- Ketua PCNU Bondowoso Jelaskan Cara Menangkal Paham Radikalisme dan Liberalisme
- Mengenal Lebih Dekat Sosok Pendiri dan Rais Akbar NU
- Mbah Kholil Bangkalan, Mbah Hasyim Asy’ari dan Shalawat Nariyah
“Lahirnya NU itu melalui proses yang panjang, dimana sebelumnya para ulama dan santri di Nusantara sudah ber-NU tanpa nama,” ungkap alumni UIN Khas Jember itu.
Imroatus, hal itu berkaitan dengan model pendidikan ala pesantren yang jauh lebih dulu lahir dan berkembang, sebelum lahirnya NU itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, terjadi dinamika umat islam di dunia, dimana Kerajaan Arab Saudi yang didukung kelompok wahabi akan menghancurkan situs-situs sejarah islam.
“Dari sini kemudian dibentuk Komite Hijaz yang diprakarsai oleh KH Wahab Chasbullah untuk melobi Kerajaan Arab Saudi agar tidak menghancurkan situs-situs sejarah islam, dan berhasil,” terang Imroatus.
Seusai pembacaan Istighasah, Ketua PR Fatayat NU merefleksikan kelahiran NU |
“KH Hasyim Asy’ari tidak langsung menyetujui gagasan tersebut, melainkan masih melakukan istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah,” ungkap Imroatus.
Imroatus juga menjelaskan, disisi lain KH Muhammad Cholil Bangkalan yang merupakan guru dari KH Hasyim Asy”ari mengutus KH As’ad Syamsul Arifin untuk menyerahkan tongkat dan tasbih kepada KH Hasyim Asy”ari . Hal itu dianggap sebagai jawaban istikharah yang dilakukan beliau dan semakin mantap untuk membentuk jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU). (*)
Kontributor : Imam Sunarto
Editor : Gufron