Jika di era 4.0 manusia dibuat selalu bergantungan terhadap teknologi dalam setiap lini kehidupannya, maka di era society 5.0 yang dikenalkan oleh Jepang sejak 2017 ini membuat manusia yang awalnya tidak memperhatikan dirinya karena terlena dengan teknologi, akan membuat manusia lebih memanusiakan manusia dalam bingkai teknologi yang super canggih.
Artinya, kebergantungan manusia pada teknologi sampai meninggalkan pola hubungan antar manusia akan dikembalikan lagi pada semula yaitu menjaga keharmonisan interaksi manusia (hablum minannas) dengan memanfaatkan teknologi sebagai wadahnya.
Baca Juga :
- Mengenal Sosok Kiai Muda Kharismatik Asal Bondowoso
- Siap Alih Status, STAI At-Taqwa Bondowoso Hadirkan Direktur Pendidikan Tinggi Kemenag RI
- PMII dan Tantangan Society 5.0
Itu sekilas mengenai perubahan zaman yang secara personal maupun kelompok dituntut untuk cepat merespon hadirnya zaman, baik dari segi pendidikan, ekonomi, agama, politik, seni dan budaya. Diakui atau tidak industri 4.0 yang belum bisa dikatakan selesai sudah kehadiran industry 5.0 dan kini manusia sudah dikenalkan dengan industri 5.0 itu.
Perubahan zaman yang sedemikian cepatnya ini tidak hanya menjadi bahan kajian dan perhatian manusia secara personal saja, namun juga kelompok, organisasi. Tentu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam hal ini juga ikut menyambut hadirnya dua era sekaligus yaitu industry 4.0 dengan segala teknologinya yang menterlenakan segala penggunanya dan industry 5.0 dengan menitikberatkan pada aspek memanusiakan manusia (hablum minannas) dengan bingkai teknologi yang super canggih.
PMII dengan prinsipnya yaitu menjaga nilai-nilai lama yang masih relevan dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih relevan (al-Muhafadlatu ‘alal qadiimis shaalih wal akhdzu bil jadidil ashlah) terus melakukan upaya untuk beradaptasi dan berkreasi dengan hadirnya era revolusi industry 4.0 dan juga revolusi industry 5.0 yang dipenuhi dengan teknologi yang super canggih.
Menghadapi era tersebut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan organisasi berbasis kaderisasi sepertiPMII yang berdiri sejak 61 tahun lalu ini untuk beradaptasi dan berkreasi dengan dua era sekaligus.
Pertama, sebagai organisasi kaderisasi, adaptasi dan kreasi PMII bisa dilakukan dengan cara melebur dengan hadirnya teknologi kemudian melakukan penyesuaian diri dengan memanfaatkan teknologi dalam setiap kebutuhannya, baik untuk administrasi kepengurusan maupun kegiatan-kegiatan PMII lainnya.
Dengan memanfaatkan teknologi tersebut salah satu keuntungannya adalah PMII tidak akan hanya dikenal di kalangan nasional saja melainkan go internasional, sebab konsumen teknologi atau media sosial sifatnya umum dan penyebarannya pun sangat cepat, apalagi diperindah dengan conten creator, desain grafis dan lain semacamnya.
Baca Juga :
- Bulan Rajab dan Keistimewaannya
- Ketum PB PMII Pertama Kali Kukuhkan Kader Mujtahid PMII di Bondowoso
- Gema Ikrar Dibacakan, PBNU Resmi Dikukuhkan
Kedua, menjadi pengendali teknologi. Sumber Daya Manusia (SDM) anggota dan kader PMII sangat banyak yang menggeluti persoalan IT. Organisasi terbesar di Indonesia ini tentu tidak akan kekurangan kader untuk mengisi ruang IT yang menjadi tantangan untuk bisa beradaptasi dan berkreasi sesuai eranya.
Hari ini, dunia IT atau dunia maya begitu erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehingga manusia hari ini tidak perlu melakukan interaksi secara langsung untuk mengetahui watak atau kepribadian seseorang. Cukup dengan memantau akun media sosialnya, maka kepribadian seseorang akan nampak.
Nah, ini PR besar bagi PMII bahwa menjadi pengendali dunia maya dengan cara membuat konten-konten kreatif dan menarik yang mengajarkan dan mencontohkan bagaimana harusnya menggunakan internet secara baik dan benar. Media sosial apa pun, PMII harus melebur dan harus menjadi yang terupdate dan trending di media sosial tersebut agar supaya publik terus menerus memperhatikan konten-konten positif PMII, seperti mengajak warganet untuk menggunakan media sosial dengan baik dan benar, mensyiarkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, menebar manfaat dengan memberikan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan.
Diakui atau tidak, baik secara personal maupun kelompok, di zaman milenial ini, kita dikenalkan dengan banyak teknologi dengan segala manfaatnya. Namun, PMII tidak boleh terlena dengan hal tersebut sebagaimana penjelasan di atas. Justru dengan hadirnya era tersebut, PMII harusnya membuat kadernya lebih cerdas untuk memanfaatkan teknologi itu. Karena memang salah satu tujuan hadirnya industri 5.0 ini adalah menjadikan manusia sebagai pelaku utamanya. Artinya, manusia dituntut untuk cerdas dalam menggunakan teknologi di setiap lini kehidupan.
Kreasi PMII dalam hal ini yang bisa dilakukan adalah dengan tidak hanya berperan sebagai pengguna akan tetapi juga berperan sebagai pengendali teknologi. Adaptasi seperti itu memang perlu dilakukan organisasi yang senantiasa mengamalkan dan menjaga ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah ini.
Ketiga, mengubah pola kaderisasi dan administrasi. Sebagaimana dipahami bersama bahwa organisasi yang dinahkodai pertama kali oleh Mahbub Djunaidi ini dalam perjalananya selalu mencetak kader yang siap tampil, siap berkontribusi pada agama, bangsa dan negara. Mulai 1960 hingga 2022, penyebaran kader-kader PMII di berbagai sektor kehidupan seperti agama, pendidikan, ekonomi, sosial kemasyarakatan, seni budaya, dan politiktidak dapat diragukan lagi kinerja dan kontribusinya.
Tentu pola kaderisasi yang digunakan jauh sebelum Era Society 5.0 ini hadir jauh berbeda dengan pola kaderisasi di era sekarang. Jika dulu pola kaderisasinya harus face to face (tatap muka) di suatu tempat tertentu, maka kaderisasi di era sekarang harusnya dapat mempermudah anggota untuk mengikutinya. Salah satunya bisa melakukan kaderisasi via google meet atau zoom meskipun masih ada beberapa kekurangan di dalamnya seperti kaderisasi yang akan didapatkan hanya berupa materi saja tidak sekaligus dengan interaksi sosial.
Namun, jika kita perhatikan lebih cermat bahwa kader PMII tidak bisa dipungkiri mengalami degradasi spirityang luar biasa disebabkan padatnya kegiatan kaderisasi. Kendati demikian akhirnya membuat kader semakin tidak semangat dan enggan untuk berproses di PMII hanya karena padat kegiatan. Nah, untuk mensiati problem tersebut, PMII harus mengubah pola kaderisasi yang sekiranya bisa menjangkau kader yang mulai berkurangnya spiritnya.
Kemudian tidak kalah pentingnya adalah urusan administrasi di organisasi yang kini dipimpin oleh Muhammad Abdullah Syukri ini. Soal administrasi, di era society 5.0 juga harus mengubah pola administrasi yang semula menggunakan manual menjadi digital agar pengurus dalam hal ini tidak perlu disibukkan dengan yang namanya administrasi, baik pendataan anggota, surat menyurat dan lain sebagainya.
Perubahan dari pelayanan manual menjadi pelayanan digital tentu akan mempercepat dan mempermudah kinerja pengurus PMII dan anggota atau kader yang menjadi konsumennya. Hadirnya E-PMII yang dicetuskan oleh PB PMII di bawah pimpinan Muhammad Abdullah Syukri tentu disambut dengan luar biasa oleh seluruh anggota dan kader PMII se tanah air karena hadirnya E-PMII menunjukkan bahwa PMII melek dan siap menghadapi zaman sehingga melalui platform digital E-PMII inilah yang akan mempermudah pengelolaan sistem database pengurus dan anggota secara rapi, termasuk sistem manajemen kaderisasi dan sistem administrasi PMII berbasis digital.
Baca Juga :
- Mencuat Wacana PMII Akan Kembali Jadi Banom NU, Gus Abe; Bukan Saya yang Menentukan
- PBNU Umumkan Pelaksanaan Muktamar NU Ke-34 Di Lampung
- Hari Guru Nasional dan Keta'dziman Kiai Kholil Bangkalan
Dengan adanya pelaksanaan dan pengembangan adaptasi dan kreasi PMII di era society 5.0, maka kerja-kerja PMII akan terukur sejauh mana tingkat keberhasilannya, kinerja-kinerja pengurus akan lebih efisien dan efektif, dan potensi kader atau anggota PMII dapat diketahui sejauh apa perkembangannya. Untuk itu, mari ber-PMII dengan baik dan mari melebur kemudian menjadi pengendali revolusi industri 4.0 dan revolusi industri 5.0 agar supaya PMII tidak menjadi organisasi penikmat zaman melainkan menjadi organisasi pengendali zaman.
Sampai kapanpun PMII akan tetap relevan untuk berkhidmat pada agama, bangsa dan negara meskipun zaman terus berubah-ubah sebab kader-kader PMII selalu mampu membawa perubahan, beradaptasi dan berkreasi sesuai dengan perubahan zamannya. Dengan berdasar ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan cinta tanah air, PMII siap untuk berkontribusi dan beradaptasi serta berkreasi di era digital ini karena prinsipnya adalah:
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح
Artinya: “Menjaga nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik.”
Jangan lupa Subscribe Channel You Tube kami : Harokah Official
Kontributor : Romli Yahya, PC PMII Bondowoso Komisariat RBA STAI At-Taqwa Bondowoso
Editor : Gufron