Flayer ngobrol virtual bersama Demisioner Ketua PCI IPNU Korea Selatan |
Karena di Korea Selatan saat ini untuk menjalankan kerja-kerja organisasi, kaderisasi dan sebagainya membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus menunggu libur nasional dan biaya yang lumayan besar.
"Kalian harus bersyukur hidup di Bondowoso. Walau ada batasan tapi masih banyak kesempatan untuk melaksanakan kegiatan, dari pada di Korea, setiap pertemuan dalam kegiatan organisasi setidaknya menghabiskan biaya 1 juta rupiah," kata Yudha.
Mantan Koordinator Seni, Olahraga dan budaya PAC IPNU Kecamatan Ponggok, Blitar itu juga memaparkan bahwa jenjang kaderisasi di Korea Selatan bergantung kepada kuantitas kader.
Bahkan kata Yudha beberapa pengurus di PCI IPNU Korea Selatan harus menyandang dua jabatan karena masih harus menunggu datangnya kader dari Indonesia. Terlebih PCI IPNU Korea Selatan masih berjalan 2 periode ini.
Baca Juga : Pegiat Media Nasional dan Akademisi Ternama, Support LTN NU Kembangkan Media
"Saya harus mendatangi kerumahnya masing-masing, Sehingga terbentuklah PCI IPNU Korea Selatan ini. Memang sangat minim sekali kuantitas Pelajar NU di Korea Selatan. Akan tetapi, kita tetap memperjuangkan dan kita yakin bahwa seiring berjalannya waktu semua akan berjalan sebagaimana mestinya. Kaderisasi organisasi akan terus berjalan secara berkelanjutan," tutupnya
Suasana acara ngorol virtual yang diadkan oleh PAC IPNU-IPPNU Prajekan |
"Transformasi benar-benar harus diterapkan. Membawa perubahan yang signifikan terhadap perkembangan zaman. Pelajar NU harus Aktif, kreatif dan kolaboratif. Sehingga, membuahkan hasil yang kita kenal dengan produktif," ungkap Haris yang juga merupakan salah satu kader aktif Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) komisariat At-Taqwa Bondowoso.
Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah kader IPNU-IPPNU dari berbagai kota. Muhsin dari PC IPNU Situbondo, Taupik dari IPNU Cianjur, Jawa Barat. Serta, IPNU IPPNU Se-Kabupaten Bondowoso.
Penulis : Haris
Editor : Gufron